Kementerian Kesehatan (Kemenkes) terapkan inovasi teknologi wolbachia untuk menurunkan penyebaran Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia. Efektivitas teknologi wolbachia telah diteliti sejak 2011 oleh World Mosquito Program (WMP) dan Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta. Kemenkes ungkap jika teknologi yang digunakan bukan kategori dari rekayasa genetika.
Wolbachia sendiri adalah bakteri yang hanya dapat hidup di dalam tubuh serangga, termasuk nyamuk yang tidak dapat bertahan hidup di luar sel tubuh serangga dan tidak bisa mereplikasi diri tanpa bantuan serangga inangnya. Ini merupakan sifat alami dari bakteri wolbachia. Wolbachia sendiri telah ditemukan di dalam tubuh nyamuk aedes albopictus secara alami.
Peneliti UGM : Tidak Ada Rekayasa Genetik Dalam Teknologi Wolbachia Wolbachia Dikaitkan Penyakit Japanese Encephalitis, Peneliti UGM Beri Penjelasan Kata Peneliti UGM Soal Nyamuk Wolbachia, Berbahayakah Jika Gigit Manusia?
Calon Pemenang Pilpres 2024 Mulai Terlihat Jelang Pencoblosan, 6 Hasil Survei Elektabilitas Terbaru Halaman 4 KUNCI JAWABAN Bahasa Indonesia Kelas 10 Kurikulum Merdeka Halaman 89, Menyimak Kritis Teks Negosiasi Soal & Kunci Jawaban Bahasa Indonesia Kelas 10 Halaman 105 Kurikulum Merdeka: Tema Teks Negosiasi
Nasib Nagita Slavina Dipenjarakan Ayah Kandung, Gideon Kantongi Bukti dan Saksi, Raffi: Doakan Saja Halaman 4 “Bakteri wolbachia maupun nyamuk sebagai inangnya bukanlah organisme hasil dari modifikasi genetik yang dilakukan di laboratorium," ungkap Peneliti Universitas Gadjah Mada Prof. dr. Adi Utarini MSc, MPH, PhD pada website resmi Kemenkes, Sabtu (18/11/2023). Secara materi, nyamuk maupun bakteri wolbachia yang digunakan, identik dengan organisme yang ditemukan di alam.
“Wolbachia secara alami terdapat pada lebih dari 50 persen persen serangga, dan mempunyai sifat sebagai simbion (tidak berdampak negatif) pada inangnya," tambahnya. Selain itu, kata dr Adi telah dilakukan analisis risiko yang telah dilakukan oleh 20 ilmuwan independen di Indonesia. "Menyimpulkan bahwa risiko dampak buruk terhadap manusia atau lingkungan dapat diabaikan” lanjut prof Uut
Di Indonesia sendiri, teknologi wolbachia yang digunakan, diimplementasikan dengan metode “penggantian”. Baik nyamuk jantan dan nyamuk betina wolbachia dilepaskan ke populasi alami. Tujuannya agar nyamuk betina kawin dengan nyamuk setempat dan menghasilkan anak anak nyamuk yang mengandung wolbachia.
Pada akhirnya, hampir seluruh nyamuk di populasi alami akan memiliki wolbachia. Wolbachia berperan dalam memblok replikasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Akibatnya nyamuk yang mengandung wolbachia, tidak mampu lagi untuk menularkan virus dengue ketika nyamuk tersebut menghisap darah orang yang terinfeksi virus dengue.
Mengingat bahwa wolbachia terdapat dalam telur nyamuk, maka bakteri ini akan diturunkan dari satu generasi nyamuk ke generasi berikutnya. Akibatnya, dampak perlindungan wolbachia terhadap penularan dengue bersifat berkelanjutan (sustainable). Artikel ini merupakan bagian dari
KG Media. Ruang aktualisasi diri perempuan untuk mencapai mimpinya.